K.I.R.A.N.A

 Genap sudah 2 tahun usia bayiku. Aku ingin menuliskan tentang kisahnya di situs blog pribadi ku agar  ketika suatu saat dia besar nanti dia berselancar di internet dan menemukan tulisan mamanya ini dia akan kegirangan membaca apa yang telah mama, papa, dan dirinya sendiri melewati kehidupan ini. Dan inilah kisah tentang anak perempuan yang bernama Kirana Fania Aiza binti A.Juliansyah.

Hai nak, ketika suatu saat kirana baca tulisan mama di blog dan kirana senyum senyum percayalah mama pun juga menulis ini dengan senyuman.

Sabtu,10.11.18 (kehamilan 35 minggu)

dr.kandungan : “Oke, ini perkiraan lahir akhir november atau awal desember ya, posisinya sudah dijalur normal kok. Kepala udh dibawah. Nanti tanggal 1 Desember kontrol terakhir ya”

aku : “baik dok..” (super excited)

keluar dari ruangan langsung menghubungi keluarga ku diJambi mengatakan bahwa kemungkinan lahir adalah akhir bulan november atau awal desember dan aku meminta dikirimkan saja peralatan dan pakaian2 bayi yang sudah dibeli dan disiapkan ooleh ibuku. Akan tetapi, ibu dan ayah ku ingin langsung mengantar nya saja ke Palembang karena sembari melihat kondisi ku sebelum lahiran, beegitu katanya. Dan tentu saja aku sangat menyetujuinya.

aku: “yowes, kalau gitu ntar hari senin aku udah mau ngajuin cuti di ddp ya.. terus hari selasa aku mau daftar program senam hamil di RS.Bunda.”

suami: “ya udah, iya.. ajuin la cuti ama pergilah senam hamil.”

Aku tak menyangka kontrol hari itu adalah kontrol terakhir ku.

Minggu, 11.11.18

Suasana malam disaat tidur adalah waktu dimana suami ku suka sekali menjahili ku, termasuk menciumi perut ku sambil terkadang berbisik “nak, ntar lahir kita usilin mama ya” disitulah kadang-kadang bila mood lagi tidak stabil kalimat kecil jahil itu bisa jadi boomerang bagi kami berdua. Tapi entah aku tidak tau pasti kenapa malam itu aku menjadi orang yang sensitif. Malam itu adalah jadwal suami ku main futsal, harusnya malam itu aku seperti biasa, bercanda dengan diri nya dan tidur sambil dipeluk dari belakang olehnya. Tapi kenyataannya tidak seperti itu, aku justru menjadi sensi dan mengatakan “jangan sentuh perut aku, dan anak aku”  entah ditangkap suami ku itu adalah hal serius atau tidak yang jelas dia yang biasanya aku ucapkan itu dia menganggap itu hanyalah sebuah lelucon dan kembali menjahili. Tapi tidak dengan malam itu, justru ia menganggap itu adalah sebuah kalimat yang mnjadikannya berhenti untuk memeluk ku dari belakang dan mengajak ku bercerita  sebelum tidur “Pillow Talk” kalau bahasa gaulnya.

Justru malam itulah puncaknya. Kehamilan ku yang memasuki usia 35 minggu menjadi kan perut ku sering sekali terasa kencang. Jujur aku belum mengetahui apa itu kontraksi. Bagiku kontraksi ialah sakit mules seperti mau lahiran, tapi yang terjadi padaku hanyalah sebuah kencang dari dalam perut. Allah Swt memang selalu memberi jalannya, entah apa yang mau ditunjukkan kepadaku, dan pelajaran serta hikmah yang kudapat dari kejadian ini, aku yang sedang cekcok dengan suamiku malam itu harus dna mau tidak mau aku memanggil nya untuk meminta tolong ambilkan air minum hangat karenarasa perut ku sangat kencang dan seakan mau robek. Dengan wajah yang juga terlihat tidak enak suami ku tetap mengambilnya dan memberiku minum air hangat. Ku tunggu dalam waktu sejam, perut ku makin kencang rasanya, dan aku masih membangunkan dia (kebetulan saaat itu sudah masuk waktu tidur suami ku karena ia juga sedang kelelahan habis futsal).

Tak menunggu waktu lama, kakak ipar ku yang kebetulan juga seorang calon spesialis kandungan dibangunkan oleh suamiku, karena mengetahui aku masih menahan kencangnya perut ku. Lalu dengan cepat kakak ipar ku melihat hasil USG yang hari sabtu kemarin kontrol terakhir ku, lalu ia langsung menyuruh suamiku dan diriku bersiap ke rumah sakit tempat ia menjalani program spesialisnya. Saat itu aku ingin menyesali hal yang kulakukan yaitu sensi dengan suami ku dan menyesali kenapa aku berbicara perut ku kencang karena itu dia tadi aku tidak ingin ke RS dan mengetahui hal yang kutakutkan.

Terlihat raut wajah ku tidak mau ke RS tapi kakak ipar ku yang mungkin sudah tau kondisi ku segera mengambil tindakan untuk membawa ku ke RS dan kalimat untuk membuatku ingin pergi adalah “cuma dilihat aja kok dek, gak akan ada tindakan apa2. kalau sehat2 aja kita langsung pulang ngak nginep” begitu kata kakak iparku. Dengan rasa campur aduk, aku masih mengiyakan dan percaya meskipun aku tau sedikit harapan bagiku ketika jam 22.00 ke RS dan bisa pulang apalagi kondisi ku sedang kontraksi.

Sesampai di ruang IGD aku di cek oleh beberapa residen kandungan (junior kakak ipar ku) dilihat lah hasil USG, dan dicek lah apakah sudah ada bukaan atau belum, dan setelah dicek seluruhnya terlihat hasilnya adalah air ketuban ku berkurang. Berkurangnya tidak lah sedikit tapi cukup membuat bayi didalam rahimku stress. Bodohnya aku adalah, aku merasakan keluhan air pipis ku aromanya amis, dan aku masih menganggap itu normal ntah karna memang aku cuek atau aku juga tidak mencari tau apa yang terjadi selama ini dengan air ketubanku,karena setap kontrol yang aku pedulikan hanyalah kondisi bayiku lengkap atau tidak organnya.

Setelah mengetahui hal itu,malam itu aku berpesan pada suamiku untuk tidak langsung menghubungi mama dan papa ku. Karena kondisi diJambi aku mengetahui dengan pasti dan juga aku tau psikis ibuku yang pasti tidak akan mampu untuk tenang dalam mengetahui diriku yang harus malam-malam masuk RS dan mengetahui air ketuban kurang sementara jadwal ibu dan ayahku yang akan mengantarkan perlengkapan bayi ku tnggal dalam hitungan hari akan mendarat di Palembang sesuai dengan jadwal normal yang aku berikan. Aku meminta suamiku untuk menghubungi kakak perempuan ku, memberi tahunya bagaimana kondisi ku dan meminta “uni” ku untuk tidak menyampaikan ke mama malam itu. Karena kami tau sebagai anak, mama adalah orang yang sangat takut mendengar anaknya masuk RS, semua pikiran buruk akan datang ke mama dan membuat mama takut terjadi apa-apa.

Kembali pada diriku, aku masih berpikiran untuk positif karena aku yakin aku masih bisa untuk mempertahankan bayiku dan masih bisa memiliki waktu 2 minggu lagi aku bertemu dengan anak ku dan melalui lahiran dengan “vaginal birth“. Kakak iparku kembali memberi tahu bahwa aku harus diinapkan dulu di RS samapi besok dokter konsulen melihat kondisi ku, dan memastikan apakah aku diijinkan untuk pulang atau tidak. Meskipun aku tau ada hal yang disembunyikan oleh kakak ipar ku dan mungkin sudah diberi tahu oleh kakak iparku kepada suami ku. Tentang bagaimana kondisi ku, baiku, dan apa yang harus dilakukan. Aku cuma hanya diminta untuk tenang dan berpikir bahwa akau akan pulang secepatnya.

Minggu malam, ketika aku masuk RS dan dipindahkan keruang VK aku tidak berpikir dan terbayang bahwa malam itu adalah malam dimana aku harus rela bahwa aku tidak lagi tidur dikasur ku dan tidak tidur disamping suamiku untuk beberapa hari. Dan hari sabtu sebelumnya adalah benar-benar kontrol terakhirku. Aku masuk di ruang VK dengan kondisi dan harap yang masih positif bahwa aku akan segera pulang besok, dan aku segera kembali beraktivitas aku akan mendaftar untuk ikut kelas senam hamil. Aku ditemani suami ku saat malam itu, dan berdoa semoga besok aku akan kembali pulih. Aku minum air putih dengan banyak berharap air ketuban akan terisi lagi (itu pikiran singkat ku), dan menunggu esok pagi ersama suami dalam hening dan doa.

Senin, 12.11.18

Pagi nya seketika ada telpon dari ibuku, dengan sigap kuangkat telpon dan sambil kudengarkan dengan seksama bahwa ibuku menangis. Berharap aku baik2 saja sambil menunggu aku untuk di cek kondisi ku. Aku pun memberi tau kepada ibuku, doakan saja aku bisa pulang hari ini dan aku baik2 saja. 

Aku dibawa keruang konsul dan kontrol USG,  meskipun aku seorang dokter gigi bahasa yang dijelaskan oleh dokter konsulen tersebut kepada murid2 nya (karena mau tidak mau aku masuk ke RS Pendidikan, jadilah aku sebagai pasien yang harus dikontrol oleh beberapa residen tentang kondisi kehamilan ku), aku mendengar dan aku memahami. Air ketuban ku sedikit, air ketuban ku merembes, kuantitas air ketuban ku dibawah 50%, bayiku bisa stress bila tidak dikeluarkan.

Mendengar itu, runtuh rasanya duniaku. Aku yang selama ini menjaga kehamilanku, makan dengan baik, menjalani kehamilan dengan sukacita mendadak air mataku tak berhenti mengalir mengetahui bahwa aku harus diSC dengan kondisi kehamilan 35 minggu. itu tandanya anak ku akan lahir prematur, anak ku akan masuk inkubator, semua jadi satu.. ir mata ku dan suamiku jatuh tak terbendung. Ternyata disaat malam aku masuk RS di IGD tersebut kakak ipar ku telah mengetahui, melihat hasil USG membuat ia sudah memasukkan jadwal SC ku saat itu, ,menyuntikkan cairan untuk pematangan paru2 anak ku.

Kakak Iparku :”vem, dek.. bayinya bisa stress kalau tidak segera dikeluarkan. air ketubannya sedikit. Bayi kan nutrisi nya dari air ketuban itu. Jadi, demi kebaikan bayi dan vemi juga mau tidak mau harus di SC besok.

aku : “besok kak??” (makin runtuh rasa hatiku mendengar itu, aku ingin lahiran normal, aku ingin disamping ayah ibuku disaat aku lahiran, lalu perlengkapan bayiku masih di Jambi, bagaimana ini??)

Kakak parku : “iya vem, besok. “

Mendengar kalimat itu aku hanya bisa menangis tanpa teriak dan berusaha tenang dan menyadari bahwa memang mau tidak mau, suka tidak suka jadwal SC sudah ditetapkan, dokter anastesi, dokter kandungan yang akan mengoperasi ku pun sudah terjadwal. Namaku sudah masuk dalam daftar pasien untuk menggunakan ruangan operasi esok hari selasa, tangggal 13 november 2018. Pasrah dan bingung. Orang tua ku di Jambi, peralatan baju2 bayi sama sekali belum aku beli karena semua telah dipersiapkan ibu dan kakak perempuanku dijambi yang memang berniat akan mengantarkannya minggu depan sebelum HPL. Tapi, kenyataannya berbeda. Kirana lahir dengan semua peralatan baju2 seadanya. Aku meminta tolong kepada sahabat ku yang juga sudah memiliki anak perempuan bayi berusia 7 bulan. Sahabat ku dengan sigap dan cepat menyediakan semua perlengkapan sampai ke popok dan diapers kirana. Agar operasi ku besok berjalan lancar. 

Selasa, 13.11.2018

Mungkin Allah swt memiliki rencana yang indah bagi Hambanya. Dan mungkin rencana Allah Swt adalah dengan aku masuk ruang OK tanpa didampingi ayah ibu ku yang ternyata pesawatnya di delay. Pesawat ayah ibu ku yang harusnya terbang di tanggal 12 november dibatalkan dikarenakan pesawat sedang melakukan perbaikan dan akan diberangkatkan keesokan harinya ditanggal 13. Dan artinya aku memang harus menjalani nya sendirian. Rasa nya makin berkecamuk. Aku ingin didampingi masuk oleh kedua orang tua ku baik mama ku dan mertua ku. Ayah ku dan ayah mertua ku. Tapi itu tidak bisa. Ya, semua rencana ku tidak sesuai rencana Allah. Tak apa, karena ku percaya Allah swt menyiapkan semuanya dengan baik dan indah pasti.

Flasback beberapa minggu mau lahiran normal. Berkisar 30 minggu kehamilan. Aku berkata pada suamiku ingin melahirkan diJambi dekat dengan ibu kandung ku tetapi suamiku berkata jika melahirkan dijambi kesulitan bagi nya untuk berkunjung kejambi setiap weekend karena tidak mungkin meninggalkan pekerjaa di Palembang. Apalagi mitos yang berkembang anak yang belum 40 hari tidak boleh dibawa keluar. Tidak mungkin akan dibawa ke Palembang setelah beberapa hari pasca lahiran. Lalu aku berkata bagaimana bisa kamu merawatku setelah lahiran, apa kamu akan memasangkan pembalut untuk ku? atau akan membantu ku mandi dsb, merawatku? jawabannya iya. aku yang akan merawat mu. Itu kata sang sumi. 

Mendengar plan demi plan itu dan menyanggupi semua permintaan ku, akhirnya aku menyetujui untuk lahiran diPalembang. Tanpa tau ternyta akan secepat itu dan lahiran secara SC. 

Pagi ditanggal 13 November 2018, setelah sholat shubuh, dan aku sudah berpuasa dari semalam aku pun disarankan untuk mandi terlebih dahulu sembari menunggu mertua ku datang dan membawakan semua perlengkapan bayi dari sahabatku. Hari Selasa, pagi yang mendung. Diluar hujan deras dari semalam sama seperti air mata ku yang terus mengalir. 

07.30 wib, aku di panggil untuk bersiap2 menuju ruang OK. Sambil didorong dengan kursi roda aku selusuri area jalan rumah sakit. Dimana rumah sakit itu adalah rumah sakit dimana aku menjalani pendidikan koas ku karena dimana aku melahirkan adalah rumah sakit umum pendidikan. Menelusuri jalan itu sembari berdoa, berdzikir, sholawat. Dan permintaan ku, aku tak ingin masuk ruang SC sendiri, aku ingin ditemani oleh suami ku. Memang salah satu keuntungannya adalah karena kaka ipar ku adalah chief residen obgyn, otomatis mendapat kemudahan. Suami ku ikut masuk, kakak ipar ku mendampingi. Semua terasa mudah, dan ibu mertua ku tak henti berdoa. 

08.00 tepat aku masuk ruang OK. Semua tak asing sama seperti ketika aku menjalani pendidikan dan ikut menjadi asisten dokter spesialis bedah mulut untuk menjalani operasi di ruang operasi. Tapi beda, kali ini aku yang terbaring di tempat tidur operasi. Dulu aku yang sebelum masuk cuci tangan dan menggunakan handscoen dan segala baju operasi yang berlapis. Sekarang aku yang terbaring, sembari dokter anastesi memasangkan selang oksigen dihidung ku, dan menyuruhku untuk rileks agar aku santai untuk disuntik cairan anastesi di tulang belakang ku. 

Seketika aku menyadari bahwa aku takut jarum suntik. Memang pekerjaan ku senang menyuntik pasien, menenangkan pasien yang takut dengan jarum suntik. Tapi, ketika jarum kecil itu ditusukkan di tulang belakang ku,seketika otot2 ku menegang dan terasa nyeri . Dan selang beberapa menit kemudian dari pinggang sampai ujung kaki ku mati rasa, ditegakkan penghalang antara batas perut ku dan dada ku, sehingga aku tidak bisa melihat kejadian demi kejadian perut ku di sobek dengan pisau-pisau tajam. Aku hanya melihat pantulan demi pantulan kegiatan dari lampu operasi yang ada diatas ku. Aku melihat ada bayi kecil yang dikeluarkan tetapi tidak menangis. Namun, setelah di tepuk2 pantat nya terdengar suara tangis yang kencang sekali. Pecah tangisku. Officially aku menjadi ibu. Ibu dari bayi kecil ku yang telah kami sematkan nama padanya “Kirana Fania Aiza”.

Kirana yang berarti Cantik, Cahaya. Fania yang kami ambil dari singkatan nama Nenek kirana dari ibu ku dan ibu suamiku. dan Aiza yang arti nya dihormati, dan mulia.

Nama itu kami sematkan dengan berharap semua yang baik ada didiri kirana. Menjadi cahaya yang cantik bagi kami orang tua, keluarga besar.. Aamiin.

Dear kirana. anak mama. Tumbuhlah menjadi gadis yang dihormati dan berhati mulia, menjadi cahaya bagi sekitar kirana. Kehadiran kirana akan menjadi berkah untuk semua, membawa kebahagiaan bagi sekitar. Aamiin.

Mama Sayang Kirana. 


Leave a comment