Belajar lah untuk jujur sedari kecil, sedari awal, sedari dini. Jujurlah meskipun itu sakit, meskipun itu sulit, meskipun itu tak mengenakan. Karena penyesalan akan selalu datang diakhir cerita.
Jujurlah kepada siapapun yang engkau rasa harus berkata jujur. Dan yang lebih penting lagi, jujur lah kepada dirimu sendiri.
Ini kisah setahun yang lalu..
“Tak akan ada persahabatan antara pria dan wanita. Dua diantara nya pasti memiliki perasaan yang lebih. Tidak ada pertemanan yang murni antara pria dan wanita, ntah kamu yang menutupi perasaan itu, atau dia yang menutupi, bahkan mungkin kedua2nya yang menutupi” -aj-
Jujur itu sulit, bahkan bagi seseorang jujur kepada diri sendiri itu seperti hal yang tak pantas dilakukan karena malu. Malu kepada siapa? Kepada orang lain atau kepada diri sendiri juga? Ntahlah.. Hanya diri sendiri pula lah yang juga tau jawabannya.
Benar adanya, ketika penyesalan datang diakhir cerita maka tidak akan mampu lagi waktu untuk diputar meskipun hati sangat ingin.
Delapan tahun lebih menjalin persahabatan, menjalin hubungan komunikasi yang baik, berbagi hal dan pengalaman, tapi sama2 saling menyadari bahwa ada hal yang ditutupi. Ada hal yang tak tersampaikan, ada hal yang tak ingin diketahui orang lain, dan satu sama lain. Hingga pada akhirnya tak mampu terelakan kalimat penyesalan.
Waktu tinggal sebentar lagi menjelang hari penantianmu. Dan kita sudah terlalu lama kehilangan kontak disaat aku memasang foto dengan nya, kalimat terakhir mu adalah “semoga langgeng dan semoga bahagia” setelah itu, wusshh… Kontak mu hilang, menandakan aku telah di hapus. Bagiku aneh, ntah kenapa yang dulu gelar mu adalah teman berbagi ku, sahabat ku, tapi tiba2 melakukan kejanggalan.
Bagiku, aneh.. Tapi tidak bagi nya, ia memberikan penjelasan mengapa sikapmu seperti itu. Menanggapi itu aku bimbang, apa benar. Tapi aku abaikan.
Setelah lama kita tak tau kabar. Kita kembali bertemu di dunia maya. Hanya itu,tak ada lagi. Sekedar saja, secukupnya saja. Dan bertemu ketika ada ucapan untuk memberiku informasi bahwa hari penantian mu sudah tiba, dan kita bertemu.
Pertemuan itu aku ingat, tak ada yang berubah dari mu. Cuma hanya bertambah kikuk dan mati gaya ketika bertemu ku, dan berbicara dengan ku. Aneh? Iya.. Aneh, karena aku bukanlah orang lain kenapa sampai sebegitu kikuknya dirimu bertemu dengan ku. Bukankah kita teman main? Tapi ya sudah, karena mu aku pun juga jadi merasa aneh.
Semua sudah terlambat. Kejujuran yang terucap dari bibirmu sudah tak mampu merubah situasi dan kondisi saat ini. Waktu yang berjalan tidak mampu kembali lagi,maka jalani saja. Namun, pertanyaan besar bagi ku, kenapa kau baru jujur disaat hari bahagia mu sebentar lagi, dan apa maksud ucapan mu itu?
Kenapa bisa menyimpan perasaan selama delapan tahun lebih, tapi tak mampu menyimpan disaat kita bertemu dengan alasan memberikan bungkusan plastik itu. Lebih baik tidak diungkapkan dari pada ketika tau rasanya tak mengenakkan. Aku tau, jujur itu sulit, dan jujurlah meski menyakitkan.
Alasan takut jika aku marah, atau takut jika kita tak lagi mampu berbagi seperti sebelum ada perasaan,itu bukanlah alasan yang tepat. Tapi aku hargai semua kejujuran mu.
Sekarang kita sudah menemukan kebahagiaan satu sama lain, meskipun kita tak akan lagi berbagi cerita, tawa, canda, dan hal2 lain yang ternyata didalamnya mengandung percikan rasa bukan berarti kita melupakan lalu meniadakan. Sebuah pengakuan yang jujur, yang keluar dari hati adalah sebuah penghargaan pada diri sendiri. Seketika hal itu keluar maka akan terasa lega rasanya. Begitupun kita.
Aku tak marah dengan pengakuan mu, aku pun juga tak berani memungkiri jika hal ini akan terjadi karena sudah ada yang mengatakan kepadaku tapi aku malah memungkiri.
Aku yakin, semua sudah ada jalannya. Semua sudah ada ceritanya. Sekarang kita sudah kembali seperti dulu, aku berada dikota yang berbeda dengan mu, dan kita sudah tak lagi ada kabar. Persis beberapa tahun lalu, ntah karena sekaramg kita belajar untuk meniadakan,melupakan atau kita menikmati kebahagiaan dengan orang yang kia sendiri yang menentukan.
Selamat berbahagia buat kita. Seperti kalimat mu diakhir pertemuan kita, “kita terlalu takut jujur, kita takut kehilangan satu sama lain karena kita adalah sahabat, tapi kita bersembunyi di balik kata persahabatan, aku tak memungkiri bahwa kamu lah yang ku harap menjadi teman hidupku, denganmu aku nyaman, dengan mu aku bisa jadi diri sendiri, denganmu aku tak kehabisan kata, kau inspirasi ku. Aku menyayangi mu, aku ingin bertemu dengan dia, dia yang beruntung mendapatkan mu, dia yang akan bahagia denganmu, dia akan nyaman dengan mu, kau mampu membuat orang lain nyaman didekatmu. Kita tak bisa memmutar waktu, tapi jika bisa maka aku akan memutar waktu, dan mengucapkan hal ini. Tak usah lagi berkata menyesal, karena memang menyesal rasanya. Tapi sudahlah, terlambat. Ada hal yang lebih sakit dari pada patah hati, yaitu saling mencintai tapi tak saling tau “
Aku telah bahagia, kamu pun begitu..
Terimakasih kita masih menjadi teman yang saling mendoakan untuk kebahagiaan kita, dan surga kita masing2..aamiin
Terimakasih telah jujur. Meski jujur itu sulit.
RG&RK